LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA GIZI
ENZIM
Pembimbing
:
Sajiman,
SKM, M. Gizi

Kelompok
5
Nama
:
- 1. Akhmad Redhani2. Bramandita Nabila Nova Triadin3. Evi Apriyanti4. Marwah5. Melda Fakhriana6. Misna Ramadhani7. Rona Intanikasih
PROGRAM
D-IV JURUSAN GIZI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Tanpa
adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada. Sebagai
biokatalisator yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim
memegang peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. Meskipun dalam keadaan
sehat semua proses fisiologis akan berlangsung dengan cara yang tersusun serta
teratur sementara homeostasis akan dipertahankan, namun keadaan homeostasis
dapat mengalami gangguan yang berat dalam keadaan patologis.
1.
2
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum ini adalah
· Untuk
mengetahui pengaruh temperature terhadap aktivitas amilase saliva
· Untuk
mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas amilase saliva
· Untuk
mengetahui pengaruh jumlah enzim terhadap aktivitas kerja amilase saliva
· Untuk
mengetahui pengaruh jumlah substrat terhadap aktivitas kerja amilase saliva
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
1
ENZIM
Reaksi
kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis. Katalis ini
dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat
spesifik yang disebut enzim (Winarno, 1986 )3.
Enzim
merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan kecepatan
reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini tanpa enzim akan
berlangsung lambat (Lehninger, 1995)3. Sifat-sifat istimewa enzim
adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat tinggi. Disamping
itu enzim mempunyai peran dalam transformasi
berbagai jenis energi (Winarno,1986)3.
Kata
enzim berasal dari bahasa Yunani “enzyme” yang berarti “di dalam sel”.
Willy Kuchne (1876)3 mendefinisikan enzim sebagai fermen (ragi) yang
bentuknya tidak tertentu dan tidak teratur, yang dapat bekerja tanpa adanya
mikroba dan dapat bekerja di luar mikroba. Definisi tersebut berubah setelah
dilakukan penelitian lanjutan oleh Buchner pada tahun 18973. Enzim
dapat diproduksi oleh mikroba atau bahan lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
Enzim juga dapat diisolasi dalam bentuk murni (Winarno, 1986)3.
Enzim merupakan senyawa protein yang
dapat mengkatalisis seluruh reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim
murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya
bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Enzim dapat
mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang
sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat
yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi
karena enzim menurunkan energy pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat membentuk
kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai membentuk
enzim bebas dan produknya (Lehninger,1995)3.
E
= S ES E
+ P
E = enzim S = substrat P= Produk
2.
2 STRUKTUR ENZIM
Enzim yang strukturnya sempurna dan
aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.
Secara ringkas struktur sebuah enzim yang aktif dapat dilihat pada bagan di
bawah ini
Enzim(Holoenzim)
Protein
Ko-Faktor
(Apoenzim)
Molekul
Organik Molekul
Anorganik
(
koenzim) (ion logam)
Contoh
: Vitamin, FAD Contoh : Fe+2,
Mn+2
Kofaktor pada beberapa enzim dapat
terikat secara lemah atau terikat secara kuat (permanent). Jika kofaktor
terikat kuat dengan protein enzim dinamakan bagian prostetik.
Tidak semua enzim memiliki struktur yang
lengkap terdiri dari apoenzim dan kofaktor. Contoh enzim ribonuklease pankreas
hanya terdiri atas polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi yang
lain.
2. 3 SISI AKTIF
SUATU ENZIM (ACTIVE SITE)
Sisi aktif enzim (active site)
adalah bagian dari molekul enzim tempat berikatannya substrat, untuk membentuk
kompleks enzim substrat, dan selanjutnya membentuk produk akhir. Sisi aktif
suatu enzim berbentuk tiga dimensi, sering berupa lekukan pada permukaan
protein enzim, tempat substrat berikatan secara lemah. Substrat berikatan
dengan sisi aktif suatu enzim melalui beberapa bentuk ikatan kimia yang lemah
(misalnya interaksi elektrostatik, ikatan hidrogen, ikatan van der Waals, dan
interaksi hidrofobik). Setelah berikatan dengan bagian sisi aktif enzim,
substrat bersama-sama enzim kemudian membentuk suatu kompleks enzim-substrat,
selanjutnya terjadi proses katalisis oleh enzim untuk membentuk produk. Ketika
produk sudah terbentuk enzim menjadi bebas kembali untuk selanjutnya bereaksi
kembali dengan substrat.
2. 4 MEKANISME KERJA ENZIM
Dua model telah diusulkan untuk
menjelaskan bagaimana enzim berikatan dengan substrat:
1)
Model kunci – dan anak kunci yang diusulkan oleh
Emil Fisher pada tahun 1894, yang menyatakan bahwa bentuk molekul substrat
dengan sisi aktif enzim serupa dengan anak kunci dengan kuncinya.
2)
Induced-fit model diusulkan pada tahun 1958 oleh Daniel E.
Koshland, Jr. yang menyatakan bahwa terikatnya substrat menyebabkan perubahan
konformasi pada bagian sisi aktif enzim.4
(a)
+
Enzim Substrat Kompleks Enzim-Substrat
(b) +
Enzim Substrat Kompleks Enzim-Substrat
Gambar Proses terikatnya substrat pada enzim (a)
model anak kunci – kuncinya, (b) induced – fit model
2.
5 SIFAT-SIFAT ENZIM
a.
Enzim Sebagai Katalisator.
Enzim
merupakan katalis yang dapat mengubah laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Enzim
bersifat khas (spesifik kerjanya) dan aktivitasnya dapat diatur. Tanpa
kehadiran enzim, suatu reaksi itu sangat sukar terjadi, sementara dengan
kehadiran enzim kecepatan reaksinya dapat meningkat sampai 107 kali.
Sebagai contoh, enzim katalase yang mengandung ion besi (Fe) mampu menguraikan 5.000.000
molekul hidrogen peroksida (H2O2) permenit pada 0o C. H2O2
hanya dapat diuraikan oleh atom besi, tetapi satu atom besi akan memerlukan
waktu 300 tahun untuk menguraikan sejumlah molekul H2O2 yang oleh satu molekul katalase
yang mengandung satu atom besi diuraikan dalam satu detik.
Bagaimanakah
Katalisator, termasuk enzim, meningkatkan reaksi kimia?
Suatu
reaksi kimia dapat terjadi jika molekul yang terlibat memiliki cukup energi
internal untuk membawanya ke puncak bukit energy, menuju bentuk reaktif yang
disebut tahap transisi. Energi aktivasi suatu reaksi adalah jumlah
energi dalam kalori yang diperlukan untuk membawa semua molekul pada 1 mol
senyawa pada suhu tertentu menuju tingkat transisi pada puncak batas energi.
Suatu reaksi kimia dapat dipercepat
dengan dua cara, yaitu pertama meningkatkan suhu dan kedua dengan memberinya katalis
b.
Enzim itu Suatu Protein
Struktur
dari suatu enzim tidak lain adalah protein, karena aktivitas katalitiknya
bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein, walaupun ada beberapa
senyawa yang dapat bertindak sebagai katalis, misalnya RNA.
c.
Enzim itu Khusus
Fungsi
enzim itu tertentu, tiap perubahan zat tertentu diperlukan suatu jenis enzim
tertentu pula. Misalnya enzim katalase hanya digunakan untuk menguraikan H2O2, amilase
hanya untuk mengkatalisis amilum sebagai substratnya.
d.
Enzim ada yang bisa bekerja bolak-balik
Beberapa
enzim kerjanya dapat bolak balik, misalnya enzim lipase dapat bekerja untuk
mengkatalisis molekul lemak menjadi komponen penyusunnya, yaitu asam lemak dan
gliserol atau sebaliknya menyusun lemak dari komponennya.
Lemak
« gliserol + asam lemak
2.
6 FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI ENZIM
Perubahan suhu dan pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh
aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan
juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil rekasi enzim juga dapat
menghambat kecepatan reaksi.
1.
PENGARUH SUHU.
Suhu rendah yang mendekati
titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif,
kenaikan suhu sebanyak 10OC, menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali
lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi berlangsung paling
cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang
karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh manusia memiliki suhu optimum
sekitar 37oC.
Enzim organisme mikro yang hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai
suhu optimum yang tinggi.
Sebagian besar enzim menjadi
tidak aktif pada pemanasan sampai + 60oC. Ini disebabkan karena proses
denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika pemanaasan dihentikan dan enzim
didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses
denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat pelindung dapat mempengaruhi
denaturasi pada pemanasan ini.
Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Gambar.1.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi enzim
Pada prakteknya, aktivitas enzimatik
diukur pada berbagai suhu (sebagai contoh antara 150C dan 400C).
Umumnya, semakin tinggi temperatur, semakin naik laju reaksi baik yang tidak
dikatalisis maupun yang dikatalisis oleh enzim.
Namun demikian, enzim merupakan senyawa
protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur. Semakin tinggi
temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti oleh hilangnya
aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Pada temperatur rendah, laju
inaktivasi enzim berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh diabaikan.
Di Indonesia, temperatur optimum bagi
proses enzimatis dilakukan pada temperatur kamar. Hampir semua enzim memiliki
aktivitas optimum pada temperatur sekitar 30oC dan denaturasi
dimulai pada temperatur 45oC (Winarno,1986).3
2. PENGARUH pH
Bila aktivitas enzim diukur
pada pH yang berlainan, maka sebagian besar enzim didalam tubuh akan menunjukan
aktivitas optimum antara pH 5,0 - 9,0, kecuali beberapa enzim misalnya
pepsin(pH optimum = 2). Ini disesbabkan oleh :
1. Pada pH rendah atau
tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
2. Pada pH rendah atau tinggi,
enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik dengan akibat
perubahan aktivitas enzim.
Misalnya suatu reaksi enzim
dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif (Enz-) dan
substratnya bermuatan positif (SH+) :
Enz- + SH+
EnzSH
Pada pH rendah Enz- akan
bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak bermuatan.
Enz- + H+ Enz-H
Demikian pula pada pH
tinggi, SH+
yang dapat bereaksi dengan Enz-, maka pada pH yang extrem
rendah atau tinggi konsentrasi efektif SH+ dan enz akan berkurang, karena
itu kecepatan reaksinya juga berkurang. Seperti pada gambar berikut.
Gambar.2. Pengaruh pH terhadap kecepatan
reaksi enzim
Gambar.3. Pengaruh pH terhadap kecepatan
reaksi enzim pepsin dan amilase
3. PENGARUH KONSENTRASI
ENZIM
Kecepatan reaksi enzim (v)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (Enz). Makin besar jumlah enzim makin
cepat reaksinya. Lihat pada gambar.
Dalam reaksinya Enz akan mengadakan
ikatan dengan substrat S dan membentuk kompleks enzim-substrat, Enzs. EnzS ini
akan dipecah menjadi hasil reaksi P dan enzim bebas Enz.
Enz + S EnzS Enz + P
Enz + S Enz + P
Makin banyak Enz terbentuk, makin cepat reaksi ini berlangsung.
Ini terjadi sampai batas tertentu.
Gambar.4. Pengaruh konsentrasi enzim
terhadap kecepatan reaksi enzimatik
4. PENGARUH KONSENTRASI
SUBSTRAT
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim
adalah konstan, dan jumlah substrat berlebihan, maka laju reaksi adalah
sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Sebaliknya jika pH, suhu dan
konsentrasi enzim konstan, maka laju reaksi adalah sebanding dengan jumlah
substrat.
5. PENGARUH FAKTOR-FAKTOR LAIN
Enzim dapat dirusak dengan
pengocokan, penyinaran ultraviolet dan sinar-x, sinar-β dan sinar-γ. Untuk
sebagian ini disebabkan karena oxidasi oleh peroxida yang dibentuk pada
penyinaran tersebut. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh adanya inhibitor seperti
obatan-obatan dan sebagainya.
Aktivitas suatu enzim dapat dihambat
oleh suatu senyawa yang dikenal sebagai
inhibitor. Inhibitor digolongkan menjadi 2
jenis utama, yaitu: a) yang bekerja secara tidak dapat
balik (irreversible), b) yang bekerja secara dapat balik (reversible). Penghambat
yang irreversible adalah golongan yang bereaksi
dengan, atau merusakkan suatu gugus fungsional pada
molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya.
Sebagai contoh, adalah senyawa diisoprofilfluorofosfat (DFP), yang menghambat enzim asetilkolinesterase,
yaitu enzim yang penting di dalam
transmisi impuls syaraf.
Jenis kedua adalah, penghambat enzim
yang dapat balik, yang dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: 1) zat
penghambat yang bersaingan (kompetitif), 2) zat penghambat yang tidak
bersaingan (non-kompetitif). Zat penghambat yang bersaingan itu mempunyai
struktur mirip dengan struktur molekul substrat. Suatu penghambat kompetitif
berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi,
sekali terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Ciri penghambat
kompetitif adalah penghambatan ini dapat dihilangkan dengan meningkatkan
konsentrasi substrat.
Sedangkan zat penghambat yang tidak
bersaingan (non kompetitif) dapat menempel pada enzim, pada sisi
regulasi enzim, sehingga mengubah konformasi molekul enzim, sehingga
menyebabkan inaktifasi enzim.
BAB
III
METODELOGI
3.1
Metode Praktikum : -
3.2
Prinsip Kerja
Pati bereaksi
dengan enzim amilase saliva pada temperature dan pH tertentu, serta konsentrasi
enzim dan konsentrasi substrat, akan mempengaruhi aktivitas/ laju reaksi kimia
yang terjadi.
1. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Pada suhu sangat
rendah, aktivitas enzim dapat terhenti secara reversible. Kenaikan suhu
lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara
molekul enzim dan substrat, sehingga enzim menjadi aktif.
Pada suhu dimana enzim
masih aktif, umumnya kenaikan suhu 100C menyebabkan kecepatan reaksi
enzimatis bertambah 1,1 hingga 3,0 kali lebih besar. Pada suhu optimum,
kecepatan reaksi enzimatis berlangsung maksimal. Bila suhu ditingkatkan terus,
maka enzim akan mengalami denaturasi, sehingga aktivitas katalitiknya terhenti.
Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum 300C sampai 400C
dan mengalami denaturasi secara irreversible pada pemanasan di atas suhu 600C.
2. Pengaruh
pH Terhadap aktivitas enzim
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu
dan umumnya tergantung pada pH lingkungan. Enzim menunjukkan aktivitas maksimal
pada pH optimum, umumnya antara pH 6-0,8. Jika pH rendah atau tingggi, maka
dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi, sehingga menurunkan aktivitasnya.
Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis
substrat yang dikatalisis.
3. Pengaruh
Konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pada
konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim secara bertingkat
akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis. Dengan kata lain, semakin besar
volume atau konsentrasi enzim, semakin tinggi pula aktivitas enzim dalam
memecah substrat yang dikatalisis. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan warna
yang terjadi melalui uji iodium.
4. Pengaruh Subtrat
terhadap aktivitas enzim
Pada konsetrasi enzim yang tetap, penambahan konsentrasi substrat akan menaikkan
kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap.
Penambahan substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh lagi, sebab
telah melampaui titik jenuh enzim.
3.3
Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
·
Tabung reaksi : 12 buah
·
Pipet ukur 5 ml : 3 buah
·
Pipet ukur 1 ml : 1 buah
·
Pipet ball : 1 buah
·
Thermometer: 1 buah
·
Test plate : 3 buah
·
Pipet tetes : 4 buah
·
Kertas label
·
Tisu
·
Serbet
·
Beaker glass : 1 buah
·
Kaki tiga : 1 buah
·
Kawat kasa : 1 buah
·
Mancess :
1 buah
·
Bunsen :
1 buah
3.3.2
Bahan
·
Air
·
Aquadest
·
HCl 0,5%
·
Na2CO3 1%
·
Saliva
·
Pati 0,5 %
·
Pati 1 %
·
Pati 1,5%
·
Air es 15oC
·
Larutan iodium
3.4 Prosedur Kerja
A. Pengaruh
Temperatur Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
Masukan
5 ml pati 1% ke dalam 3 buah tabung reaksi, beri label A,B dan C.
1. Pada
tabung A, masukan 0,25 ml saliva saring, lalu masukan ke dalam beaker glass
berisi air 15oC. Pertahankan suhu dengan menambah air es. Uji setiap
30 detik pada test plate yang telah berisi iodium. Cari waktu akromatiknya.
2. Percobaan
yang dilakukan pada tabung B sama seperti pada tabung A, hanya saja tabung B
segera dimasukkan dalam beaker glass yang berisi air dengan suhu sekitar 40oC,
untuk mencegah suhu turun, sediakan air panas. Uji setiap 30 detik dan catat
waktu akromatiknya.
3. Masukan
tabung C dalam penangas dengan suhu 60oC, setelah 5 menit, tambahkan
0,25 ml saliva. Uji setiap 30 detik seperti percobaan di atas sampai titik
akromatiknya.
Kerjakan
masing-masing uji di atas satu-persatu, cari suhu optimal amilase , suhu
optimal yang dimaksud adalh tabung dengan waktu akromatik yang paling kecil.
Buat kesimpulan aktivitas enzim.
B. Pengaruh
pH Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
Sediakan
3 buah tabung reaksi. Pada tiap-tiap tabung masukan 5 ml pati 1%, beri label A,
B dan C.
1. Pada
tabung A, tambahkan 5 ml HCl 0,5% (pH asam)
2. Pada
tabung B, tambahkan 5 ml aquadest (pH netral)
3. Pada
tabung C, tambahkan 5 ml Na2CO3 1% (pH basa)
Pada
tabung A tambahkan 0,25 ml saliva, lalu segera masukan ke dalam penangas suhu
40oC. Setiap interval 30 detik, uji dengan iodium sampai mencapai titik
akromatik dan catat waktunya. Setelah itu, lakukan hal sama pada tabung B dan
C. bandingkan waktunya pada masing-masing percobaan di atas dan buat
kesimpulan.
C. Pengaruh
Jumlah Enzim terhadap Aktivitas Kerja Amilase Saliva
Sediakan
3 buah tabung reaksi. Pada tiap-tiap tabung masukan 5 ml pati 1%, beri label
A,B dan C. pada tabung A ditambahkan 0,25 ml saliva yang telah disaring dan
segera dimasukan dalam penangas air dengan suhu 37oC. Tiap 30 detik,
uji pada test plate yang telah berisi iodium. Kerjakan sampai tercapai titik
akromatiknya dan catat waktunya. Lakukan percobaan seperti di atas pada tabung
B, tapi gunakan saliva 0,5 ml dan tabung C dengan 0,75 ml saliva. Catat waktu
akromatik untuk masing-masing percobaan. Buat kesimpulan dari ketiga percobaan
tabung A, B dan C jika dihubungkan dengan aktivitas enzim dengan jumlah enzim.
D. Pengaruh
Jumlah Substrat Terhadap Aktivitas Kerja Amilase Saliva
Sediakan
3 buah tabung reaksi. Pada tiap-tiap tabung masukan 5 ml pati 0,5%, 5 ml pati
1% dan 5 ml pati 1,5%. Beri label S1, S2 dan S3. Selanjutnya tambahkan o,25 ml
saliva yang telah disaring kemudian inkubasi dalam penangas dengan suhu 37oC,
lalu uji iodium dengan test plate setiap 30 detik, catat waktu akromatik
masing-masing tabung. Buat kesimpulan dari ketiga percobaan di atas, yaitu
hubungkan aktivitas enzim dengan jumlah substrat.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.
1
Hasil Pengamatan
Hari/Tanggal
Praktikum : Jum’at/20 September 2013
Tempat : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin
1. Pengaruh
Temperatur Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
Tabung
A1
keterangan :
waktu akromatiknya adalah 30 detik pada suhu 15oC
Tabung
A2
keterangan : waktu akromatik adalah 30 detik pada
suhu 40oC
Tabung
A3
keterangan :
waktu akromatiknya adalah 150 detik (2 menit, 30 detik) pada suhu 60oC
2. Pengaruh
pH Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
Tabung
B2
keterangan : Waktu
akromatik tabung B2 yang ditambahkan 5 ml aquadest adalah 90 detik
Tabung
B1 dan B3
keterangan : hingga
tetes ke-20 yang dilakukan pengujian dengan iodium setiap 30 detik, tidak
didapat titik akromatik
3. Pengaruh
Jumlah Enzim Terhadap Aktivitas Kerja Amilase Saliva
Tabung C1
keterangan:
waktu akromatiknya adalah 60 detik
Tabung
C2
keterangan :
waktu akromatiknya adalah 30 detik
Tabung
C3
keterangan :
waktu akromatiknya adalah 30 detik
4. Pengaruh
Jumlah Substrat Terhadap Aktivitas Kerja Amilase Saliva
Tabung D2
Tabung D1
keterangan
: waktu akromatik pada tabung D3 adalah 60 detik, pada tabung D2 adalah 90
detik dan pada tabung D1 adalah 120 detik.
4.
2 Pembahasan
1. Pengaruh
Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim
Dari
hasil praktikum, diketahui tabung A 30 detik pertama telah diperoleh titik
akromatiknya. Pada tabung B pada 30 detik pertama telah diperoleh titik
akromatiknya. Sedangkan untuk tabung C, mempunyai titik akromatik dengan waktu
150 detik dengan iodium. Titik akromatik yaitu titik saat larutan uji dengan
larutan iod menghasilkan reaksi negatif (pati sudah hilang).
Hal
ini terjadi karena enzim bekerja secara optimum pada suhu tertentu sesuai
dengan sifat/karakter dari enzim tersebut. Pada praktikum ini diketahui bahwa
suhu 15oC dan 40oC mampu mengaktivasi enzim amilase untuk
bekerja secara optimum untuk memecah pati. Enzim amilase bekerja pada suhu kompartemen ± 37˚C.
Pada suhu 40oC enzim amilase
masih bekerja aktif mengubah pati menjadi gula yang lebih sederhana
(disakarida). Pada suhu 15oC, enzim amilase menjadi inaktif, tetapi
kerja enzim sama cepatnya dengan suhu 40oC. Hal ini dapat terjadi,
karena terjadinya kesalahan pada saat persiapan sampel pati, saliva maupun
karena kenaikan suhu sehingga terjadi bias pada hasil pengamatan.
Enzim
merupakan senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur.
Semakin tinggi temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti
oleh hilangnya aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Pada temperatur rendah,
laju inaktivasi enzim berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh
diabaikan.
Menurut
Winarno (1986), di Indonesia, temperatur optimum bagi proses enzimatis dilakukan
pada temperatur kamar. Hampir semua enzim memiliki aktivitas optimum pada temperatur
sekitar 30oC dan denaturasi dimulai pada temperatur 45oC.
Dari
hal tersebut, maka diketahui, pada suhu 60oC enzim amilase mulai
mengalami denaturasi, hal ini dibuktikan dengan reaksi untuk membentuk titik
akromatik lebih lama dibandingkan suhu 15oC dan 40oC. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan Winarno, jika enzim mulai mengalami denaturasi
dan reaksi enzim berjalan lambat dimulai pada temperature 45oC.
Selain itu Suhu rendah relatif lebih stabil bagi enzim.
2. Pengaruh
pH Terhadap Aktivitas Enzim
Pada
tabung A, pH larutan menjadi asam, pH asam ini membuat enzim amilase yang
bekerja pada pH=7 (netral) mengalami denaturasi (menjadi tidak aktif karena
perubahan pH). Ini dibuktikan dengan test plate, hingga 10 menit pengujian,
tidak terbentuk titik akromatik dengan iodium, hal ini menunjukan bahwa amilase
telah mengalami denaturasi karena suasana asam, sehingga tidak dapat memecah
pati dan tidak membentuk akromatik dengan iodium. Titik akromatik yaitu titik
saat larutan uji dengan larutan iod menghasilkan reaksi negatif (pati sudah
hilang).
Sedangkan
pada tabung B, suasana netral pada larutan, sehingga enzim amilase yang bekerja
pada pH netral membentuk titik akromatik dalam waktu 90 detik dengan iodium,
enzim amilase mampu menghidrolisis pati sehingga dapat membentuk titik
akromatik dengan iodium.
Pada
tabung C, suasana basa pada larutan. Suasana basa ini tidak sesuai untuk enzim amilase
yang bekerja pada pH netral (ph=7), sehingga setelah 10 menit diuji dengan
iodium tidak didapat titik akromatiknya. Ini terjadi, karena enzim amilase mengalami
denaturasi pada suasana basa sehingga enzim amilase tidak dapat menghidrolisis
pati dan tidak terjadi titik akromatik dengan iodium.
Pada
umumnya enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH yang disebut
pH optimum, yang umumnya antara pH 4,5-8,0 (Winarno,1986). Enzim tertentu mempunyai kisaran pH optimum yang
sangat sempit. Di sekitar pH optimum enzim mempunyai stabilitas yang tinggi.
Dalam hal ini, enzim yang sama sering kali pH optimumnya berbeda tergantung
sumber enzimnya.
Bila aktivitas enzim diukur pada pH yang berlainan, maka sebagian
besar enzim di dalam tubuh akan menunjukan aktivitas optimum antara pH 5,0 -
9,0, kecuali beberapa enzim misalnya pepsin(pH optimum = 2). Ini disebabkan
oleh :
1. Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat
mengalami perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
Dari hal tersebut, diketahui bahwa enzim bekerja secara optimum
sesuai dengan pH-nya. Jika pH larutan tidak sesuai dengan enzim, maka enzim
tidak akan bekerja karena mengalami denaturasi dan tidak dapat untuk bekerja
mengkatalisis reaksi enzimatis yang terjadi.
3. Pengaruh Jumlah Enzim Terhadap Aktivitas Kerja Enzim
Pada praktikum ini, dengan konsentarsi substrat yang sama,
temperature sama tetapi dengan jumlah enzim yang berbeda akan mempengaruhi
aktivitas enzim.
Pada percobaan ini, tabung C3 dan C2 membentuk titik akromatik
dalam waktu 30 detik, dimana tabung C3 memberikan warna lebih akromatik dengan
iodium dibandingkan tabung C2. Sedangkan tabung C1 yang berisi 0,25 ml saliva,
memberikan titik akromatik pada detik ke-60.
Tabung C2 memiliki waktu pembentukan akromatik yang sama dengan
C3, sementara substrat C3 lebih banyak dibandingkan substrat C2. Ini dapat
terjadi karena kesalahan perhitungan waktu, kesalahan visual, atau karena enzim
telah melalui titik jenuh, sehingga meskipun substrat besar, tidak terjadi
kenaikan kecepatan reaksi.
Pada
konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim akan meningkatkan
kecepatan reaksi enzimatis. Dengan kata lain, kecepatan reaksi enzimatis (V)
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E) sampai batas tertentu, sehingga
reaksi mengalami kesetimbangan. Pada saat setimbang, peningkatan konsentrasi
enzim sudah tidak berpengaruh (Sirajuddin, 2011).
Kecepatan reaksi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim (Enz). Makin besar jumlah enzim makin cepat reaksinya. Makin banyak Enz
terbentuk, makin cepat reaksi ini berlangsung. Ini terjadi sampai batas
tertentu.
Dari
praktikum diketahui tabung C3 yang memiliki konsentrasi substrat sama dengan
tabung C2 dan C1, namun memiliki konsentrasi enzim amilase lebih tinggi
dibandingkan dengan tabung lainnya, membentuk titik akromatik lebih cepat
dengan iodium yang berarti bahwa enzim bekerja lebih cepat jika konsentrasi
enzim meningkat.
Selain
itu, tabung C2 juga membentuk titik akromatik pada detik ke-30, tetapi warna
akromatik lebih mirip iodium dimiliki oleh tabung C3. Pada tabung C1 titik
akromatik terbentuk dalam waktu 60 detik. Hal ini disebabkan tabung C1
mempunyai konsentrasi enzim amilase saliva lebih sedikit dibandingkan dengan
konsentrasi tabung C2 dan C3.
4.
Pengaruh Jumlah Substrat Terhadap
Aktivitas Kerja Amilase Saliva
Pada
praktikum ini diketahui, bahwa jumlah substrat berpengaruh pada kerja enzim.
Tabung D1 dalam uji test plate dengan iodium membentuk titik akromatik dalam
waktu 120 detik. Tabung D2 dalam uji test plate dengan iodium membentuk titik
akromatik dalam waktu 90 detik. Sedangkan pembentukan titik akromatik paling
cepat, dimiliki oleh tabung D3 yaitu 60 detik.
Pada
konsentarsi enzim yang tetap, peningkatan konsentarsi substrat akan menaikkan
kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum (Vmaks) yang
tetap. Pada titik maksimum, semua enzim telah jenuh dengan substrat, sehingga
penambahan substrat sudah tidak akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis
(Sirajuddin, 2011).
Jika
pH dan suhu suatu sistem enzim adalah konstan, dan jumlah substrat berlebihan,
maka laju reaksi adalah sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Sebaliknya jika
pH, suhu dan konsentrasi enzim konstan, maka laju reaksi adalah sebanding
dengan jumlah substrat(Suhara, 2010).
Dari
praktikum diketahui, bahwa konsentrasi substrat yang meningkat akan mempercepat
laju reaksi enzimatis hingga pada titik maksimum, dimana enzim akan jenuh
dengan substrat.
BAB V
PENUTUP
5.
1 Kesimpulan
·
Enzim dikenal
sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat spesifik.
·
Tanpa adanya enzim, proses metabolisme
dalam makhluk hidup akan berjalan lambat.
·
Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah temperature, pH, konsentrasi enzim,
konsentrasi substrat dan inhibitor.
·
Suhu optimum bagi enzim umumnya adalah
37oC, dan enzim mengalami denaturasi dimulai pada suhu 45oC.
Enzim amylase bekerja pada suhu
kompartemen ± 37˚C. Pada suhu rendah, enzim dapat menjadi
tidak aktif, tetapi tetap dapat bekerja jika temperature sesuai dengan enzim,
selain itu suhu rendah relatif lebih stabil untuk enzim. Pada enzim yang masih
aktif, kenaikan suhu 10oC akan mempercepat laju reaksi, tetapi jika
lebih dari suhu optimumnya, enzim akan kehilangan kemampuan katalisnya karena
terdenaturasi pada suhu tinggi.
·
pH sangat mempengaruhi
kecepatan reaksi enzim, jika pH sesuai untuk enzim, enzim akan bekerja cepat.
Tetapi, jika pH terlalu asam, basa atau tidak sesuai untuk enzim, maka enzim
dapat terdenaturasi dan kehilangan kemampuannya untuk mengkatalisis reaksi.
·
Konsentrasi enzim yang
meningkat, akan mempercepat laju reaksi. Hal ini terjadi karena konsentrasi
enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi enzim. Hal ini terjadi hingga
enzim memperoleh kesetimbangan. Jika kesetimbangan telah terjadi, maka
penambahan konsentrasi enzim tidak akan berpengaruh lagi.
·
Konsentrasi substrat yang
meningkat pada suhu dan konsentrasi enzim yang sama, akan mempercepat laju
reaksi. Hal ini terjadi hingga pada titik maksimum, dimana enzim akan jenuh
terhadap substrat.
5.
2 Saran
·
Kepada peserta praktikum,
diharapkan dapat lebih memahami prosedur dan teliti dalam melakukan praktikum.
·
Kepada pembimbing,
diharapkan untuk dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada semua
peserta praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Enzim.
Universitas Airlangga. Situs web: http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah-pdf/ENZIM-7%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf
(Akses: 20 September 2013)
Hadianta, Randi. 2010. Laporan Biokimia Enzim. Departemen Biokimia Fakultas MIPA,
Institut Pertanian Bogor
3Hendi. 2012. Studi Aktivitas Enzim Lipase dari Aspergillus niger sebagai Biokatalis
pada Proses Gliserolisis untuk
Menghasilkan Monoasilgliserol. Situs web: http://eprints.undip.ac.id/36573/4/BAB_II_Rosi.pdf
(Akses : 20 September 2013)
4Indah,
Mutiara. 2004. Enzim. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Situs web : http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-mutiara.pdf
(Akses : 20 September 2013)
Joe. 2011. Laporan
Akhir Praktikum Biokimia “Pengaruh pH dan Inhibitor terhadap Aktivitas Enzim”.
Situs web: http://joebiokimia.blogspot.com/2011/04/laporan-akhir-praktikum-biokimia.html
(Akses: 19 Desember 2013)
Sirajuddin,
Saifuddin. 2011. Penuntun Pratikum Biokimia.
UNHAS, Makassar.
Suhara. 2010. Dasar-Dasar
Biokimia: Pengantar tentang Enzim. Fakultas Pendidikan MIPA Jurusan
Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia. Situs web : Suhara
:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196512271991031-SUHARA/9._BAB-9__Enzim__ppt_UPI.pdf
(Akses: 20 September 2013)
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^